MUI Teladani Rosulullah melalui Kebangkitan Ekonomi

BULETIN NUSANTARA, JAKARTA – Melandainya kasus Covid-19 di beberapa negara, terutama di Indonesia, menjadi ajang relaksasi pengenduran kondisi agar kegiatan ekonomi dapat kembali bangkit perlahan.

Bagi Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Dr, Amisyah Tambunan, momentum kebangkitan ekonomi tersebut harus dijadikan spirit sebagai pengingat perjuangan umat dan bangsa dalam menghadapi Covid-19.

Hal itu ia ungkapkan dalam sesi tausyiah keulamaan pada webinar “Mendorong Kebangkitan Ekonomi Umat di Era Pandemi Melalui Kawasan Industri Halal UMKM 5.0 di Nusa Tenggara Barat” pada Rabu (20/10).

Webinar itu digelar hasil kerjasama MUI dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Republik Indonesia.

Kedua spirit itu, kata Buya Amirsyah, dapat menguatkan jihad dan semangat selama upaya pemulihan ekonomi.

“Spirit ini erat kaitannya dengan maulid Rasulullah SAW. Mari kita jadikan sebagai suri tauladan. Sebagai momentum untuk memperkuat jihad dan semangat kita dalam rangka memulihkan ekonomi umat,” ucap Buya kelahiran Padang-Gala-Gala itu.

Buya Amirsyah mengaku, dalam rangka itu pula, MUI tidak henti-hentinya mendorong seluruh pemangku kepentigan untuk memajukan umat. Melalui tugas dakwah, Buya Amirsyah menyatakan bahwa MUI terus menerus mengupayakan dakwah yang mendorong adanya pemberdayaan pada umat, termasuk di antaranya dalam bidang ekonomi.

“Dakwah mengajak, bukan mengejek. Dakwah yang merangkul, bukan memukul. Dakwah yang memberdayakan ekonomi umat, sehingga umat dapat dengan benar kita layani dengan sebaik-baiknya,” lanjutnya.

Dari upaya tersebut, Buya Amirsyah menguraikan terdapat dua tanggung jawab besar yang diemban MUI. Sebagai khadimul ummah (pelayan umat), MUI harus menjaga ekonomi umat agar terpelihara dengan baik. Sebagai Shodiqul hukumah (mitra pemerintah), MUI juga harus menjadikan pemerintah sebagai mitra sejajar.Kedua mitra atau kekuatan tersebut kata Buya Amirsyah, yakni umat dan pemerintah harus mampu MUI sinergikan.

“Jika umat lemah, bangsa akan lemah. Jika bangsa lemah, umat akan lemah. Karena itu, kekuatan umat dan bangsa adalah kekuatan yang harus mampu kita sinergikan agar terhindar dari berbagai ancaman yang dapat membuat negara kita lemah,” ucap Buya yang juga tokoh Muhammadiyah tersebut.

Karenanya, lanjut Buya Amirsyah, kelemahan tersebut harus mampu diatasi. Sebab bila tidak, maka agenda penting terciptanya kedaulatan ekonomi umat dan bangsa sesuai amanat konstitusi Pasal 33 ayat 1, 2, dan 3 tidak dapat tercapai.

Selanjutnya, tokoh yang pernah menjadi Wasekjen Bidang Pendidikan dan Kaderisasi MUI itu mengingatkan pentingnya peran media komunikasi dan informasi dalam memperkuat ekonomi.

Dalam pandangan Buya Amirsyah potensi ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) juga dapat memicu wisata syariah dapat terekspos. Pada periode sebelumnya, MUI juga telah mengadakan seminar internasional untuk memperkuat ekonomi syariah.

Ia berharap, selanjutnya pemerintah NTB dapat menjadi tuan rumah acara Kongres Umat Islam yang kedua untuk mempererat dan memperkuat potensi ekonomi di NTB.

“Sebagai pusat peradaban, (NTB) harus kita jadikan spirit untuk memperkuat ekonomi dalam rangka menggali potensi ekonomi daerah NTB,” ungkapnya.

Selain NTB, ke depan MUI akan bergerak ke daerah-daerah lain agar penguatan ekonomi umat dapat dijadikan sebagai agenda penting, yakni agenda untuk bangkit dan mampu segera memulihkan ekonomi pascapandemi Covid-19.

Buya Amirsyah menutup sesi tausyiahnya dengan mengingatkan agar kita semua tetap waspada, meski kasus Covid-19 melandai, jangan sampai kemudian bersikap lengah dan abai.

“Mari jadikan (momentum landainya kasus Covid-19) untuk terus pelihara sehingga pandemi Covid-19 bisa segera berakhir,” tutupnya. (mui/hud)

 

Baca Juga
Komentar
Loading...