MENGAPA KIAI SAID AQIL SIROJ HARUS MAJU LAGI?

 

Muktamar ke-34 NU insya Allah digelar 23-25 Desember 2021 mendatang. Muktamar kali ini memuat momentum penting. NU akan memasuki fase tinggal landas dari perjalanan panjangnya di abad pertama menuju abad kedua. Abad dimana Nahdlatul Ulama diproyeksikan mampu meningkatkan peran sebagai jangkar kemakmuran bangsa.

NU, sejak didirikan oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari pada 31 Januari 1926 di Surabaya, telah senantiasa tegak lurus dalam memperjuangkan dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Momentum abad kedua, haruslah menjadi tonggak untuk menambatkan tugas baru sebagai garda perekonomian bangsa.

Untuk menggelorakan himmah ‘aliyah ini, dibutuhkan dua hal mendasar. Pertama, Soliditas jam’iyah. Kedua, kepemimpinan yang kuat.

Dan setelah mencermati dinamika, dan menimbang maslahah ‘ammah menjelang Muktamar ke-34 NU, kami Forum Silaturrahim Pendukung Kiai Said Aqil Siroj dengan ini memohon kesediaan Prof. DR. KH Said Aqil Siroj, MA untuk maju dan dipilih kembali sebagai Ketua Umum PBNU periode 2021-2026. Kami juga berkomitmen untuk bersama-sama menjaga berjalannya muktamar yang teduh, damai, serta menghasilkan keputusan yang bermartabat.

Kami semua sependapat bahwa PBNU masih membutuhkan dan masih menginginkan beliau sebagai pemegang estafet kepemimpinan menyongsong NU abad kedua. Bagi kami, satu dekade kepemimpinan Kiai Said Aqil Siroj dengan segenap ujian dan tantangannya, telah ditunaikan dengan luar biasa cemerlang. Langkah, sikap, dan kebijakan-kebijakan stretagis NU di bawah kepemimpinan beliau sudah on the best track.

Kepemimpinan beliau di periode emas ke depan bagi kami sangat menentukan. Sebab di fase dan momentum inilah agenda-agenda strategis internal dan eksternal, nasional dan internasional, akan dituntaskan.

Terkait upaya penguatan manajemen dan data base organisasi misalnya, PBNU telah merintis dan mulai menerapkan Sistem Pendataan secara Nasional Anggota NU melalui SispendaNU. PBNU juga telah menerapkan prinsip transparansi kebendaharaan yang sehat, yang terbuka jika setiap saat dibutuhkan auidit publik.

Menghadapi era society 5.0, PBNU, dalam kepemimpinan Kiai Said, juga telah dan terus menyiapkan diri. Antara lain melalui penguatan Perguruan Tinggi.

NU secara nasional mempunyai 274 Perguruan Tinggi dibawah naungan Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU). Tapi ini belum cukup. Sejak 2014, melalui Badan Hukum Perkumpulan NU, PBNU telah melahirkan 23 Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) dengan memfokuskan output di tiga issue terkini, yaitu science, teknologi, dan engineering. 23 UNU ini sudah berjalan dan akan terus dikembangkan.

Dengan fokus pada tiga hal ini juga, Kiai Said masih menargetkan, dalam waktu yang tidak lama sekurangnya satu Wilayah NU akan sudah mendirikan satu Institute Teknologi dan Sains (ITS NU). Keberadaan perguruan tinggi berbasis science, teknologi, dan engineering ini krussial dalam kerangka mencetak kecakapan hidup era super smart society yang serba internet of things, dan serba artificial intelligence.

Bersama Prof. DR KH. Said Aqil Siroj, Nahdlatul Ulama sampai kapanpun akan tetap menjadi organisasi penyeimbang, baik dalam peran-peran kebangsaan, sosial, ekonomi, kemanusiaan, dan politik.

 

 

 

Baca Juga
Komentar
Loading...