LPBI PBNU Ungkap Peran Kiai Said dalam Mengatasi Perubahan Iklim

Jakarta, – saat-saat terakhir jabatan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang diemban Kiai Said Aqil Siroj nampak di depan mata, Muktamar ke-34 NU akan digelar di Pondok Pesantren Darussa’adah Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung pada 23-25 Desember 2021. Dua periode kepemimpinan NU di bawah komando kiai asal Cirebon ini, dinilai telah menorehkan banyak prestasi yang menjadi kebanggaan warga NU di seluruh dunia.

Prestasi yang diraih NU tidak hanya pada bidang keagamaan saja, bidang lain yang juga bagian dari ajaran agama seperti merawat dan mengatasi iklim global didapatkan NU. Sebagai organisasi masyarakat sipil, PBNU menyadari keterlibatan peran serta masyarakat dalam merawat dan mengatasi pemanasan global sangat dibutuhkan. Capaian tersebut terlihat nyata di masa kepemimpinan Kiai Said Aqil Siroj.

Ketua LPBI PBNU Muhammad Ali Yusuf mengatakan, keterlibatan Kiai Said dalam membawa kapal besar bernama NU di kancah internasional dilakukan dengan aktif terlibat mengatasi perubahan iklim dunia melalui kampanye penanganan krisis iklim global oleh tokoh agama dari berbagai negara di dunia. Menurut dia, pertemuan antar tokoh agama tersebut digelar satu bulan sekali, seyogianya pertemuan bulan November dilakukan di Vatikan, namun karena waktu Kiai Said yang cukup padat, Kiai Said tidak dapat menghadiri agenda dimaksud.

“Sebagai orang yang menemani Kiai Said melakukan pertemuan dengan para tokoh, saya menyaksikan betul bagaimana Kiai Said mendorong supaya agama dapat memaksimalkan ajakan melindungi semua manusia di bumi dengan cara mengatasi krisis yang terjadi,” kata Ali kepada Jurnal Nusantara, Jum’at (12/11/2021).

Ali menegaskan, keaktifan Kiai Said dalam mengkampanyekan lingkungan hidup diapresiasi dunia internasional. Dunia memberikan kepercayaan kepada pengasuh pesantren Al-Tsaqafah ini sebagai dewan pengarah Indonesia National Plastic Action Partnership (NPAP), organisasi ini sebagai kolaborasi multipihak yang bertujuan untuk mengurangi 70 persen sampah plastik di lautan Indonesia pada tahun 2025.

“Satu-satunya ormas Islam yang ada di situ ya Kiai Said. PBNU mendukung upaya pemerintah mengurangi sampah plastik yang mencemari laut Indonesia,” tuturnya.

Menurut Ali, Kiai Said termasuk sosok ulama yang memperhatikan lingkungan hidup, alasannya sederhana ingin menjalankan perintah agama. Alam dan manusia dalam pandangan Kiai Said adalah sama, yakni makhluk ciptaan Allah SWT.
“Dan lingkungan adalah cerminan keberadaan Allah, yang merusak lingkungan sama dengan mencoreng keberadaan Tuhan,” ucap Ali menirukan pernyataan Kiai Said.

Hal lain yang disampaikan Kiai Said saat pertemuan dengan para tokoh dunia bahwa tidak ada cara lain untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan hidup selain melindungi alam semesta serta tidak melakukan kerusakan di muka bumi.

Selaras dengan uraian tersebut di atas, setidaknya ada tiga peran dan kontribusi utama NU dalam environmental sustainability atau kelestarian lingkungan hidup. Pertama, menyusun konsep fiqih sosial atau lingkungan hidup. Pada 80-an, untuk pertama kalinya NU membuat konsep fiqh lingkungan hidup.

Kedua, membahas tema-tema krisis lingkungan hidup dalam bahtsul masail. sejak tahun 90-an NU sangat giat mendiskusikan tema-tema tentang kelestarian hidup seperti peran dan tanggung jawab negara dan masyarakat dalam menjaga lingkungan. Ketiga, membentuk lembaga lingkungan hidup.

Lembaga tersebut diberi nama Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU). Pembentukan lembaga ini disepakati pada Muktamar ke-32 NU di Makassar tahun 2010. LPBINU kemudian dikukuhkan dan ditetapkan pada rapat pleno harian PBNU. Lembaga ini merupakan perpanjangan tangan NU dalam bidang penanggulangan bencana, perubahan iklim, dan pelestarian lingkungan.

Baca Juga
Komentar
Loading...